MENEMUKAN KEJENIUSAN ANDA
By : Radiansyah
Ayah pandai saya benar-benar yakin
bahwa setiap anak mempunyai karunia menjadi jenius, meski seandainya mereka
tidak berprestasi baik di sekolah. Ia tidak setuju bahwa seorang jenius adalah
seorang yang duduk di kelas dan mengetahui semua jawaban yang benar. Ia tidak
setuju bahwa seorang jenius adalah seseorang yang lebih pintar daripada semua
orang lain. Ia benar-benar yakin bahwa kita masing-masing mempunyai karunia,
dan bahwa seorang jenius hanyalah orang yang cukup beruntung bisa menemukan
karunianya dan kemudian menemukan cara untuk menyumbangkan karunia itu.
Untuk membuat menarik pelajarannya
tentang topik jenius, ia sering menuturkan sebuah kisah kepada kami. Ia
berkata, “Sebelum kalian masing-masing dilahirkan, kalian diberi karunia memberi.
Masalahnya, tidak ada yang memberitahukan bahwa kalian diberi karunia ini.
Tidak ada yang memberitahukan apa yang harus kalian lakukan setelah
menemukannya. Setelah kalian lahir, tugas kalian adalah menemukan karunia
kalian dan memberikannya… kepada semua orang. Jika kalian memberikan
karunia kalian, hidup kalian akan dipenuhi keajaiban.”
Ayah pandai saya menulis kata
“jenius” dengan cara: JENI-IN-US (Jin-di dalam-diri kita).
Saat melanjutkan ceritanya, ia
berkata, “Seorang jenius adalah seseorang yang menemukan jin di dalam dirinya.
Seperti Aladin menemukan jin di dalam botol, kita masing-masing juga harus
menemukan jin dalam diri kita. Inilah asal kata jenius. Seorang jenius adalah
seseorang yang menemukan manusia ajaib di dalam dirinya. Seorang jenius adalah
seseorang yang menemukan karunia yang diberikan kepadanya.”
Ayah pandai saya kemudian
menambahkan peringatan ini: “Ketika kalian menemukan jin kalian, dia akan
memberikan tiga permohonan. Jin kalian akan mengatakan, ‘Permohonan nomor satu
adalah Apakah kalian akan memberi karunia ini kepada diri sendiri? Permohonan
nomor dua adalah Apakah kalian akan memberi karunia ini hanya kepada
orang-orang yang kalian cintai dan dekat dengan kalian? Atau permohonan
nomor tiga, Apakah kalian akan menyumbangkan karunia kalian?’”
Sudah jelas, pelajaran dalam kisah
ini adalah kami, anak-anak, harus memilih permohonan nomor tiga. Pelajaran ayah
pandai saya selalu berakhir dengan ucapan, “Dunia penuh dengan jenius.
Masing-masing dari kita adalah jenius. Masalahnya, sebagian dari kita mengunci
kejeniusan kita rapat-rapat di dalam botol. Terlalu banyak dari kita yang
memilih menggunakan kejeniusan ini hanya untuk diri sendiri atau untuk mereka
yang kita cintai. Jin akan keluar dari dalam botol hanya ketika kita memilih
permohonan nomor tiga. Keajaiban hanya terjadi
ketika kita memilih untuk menyumbangkan karunia kita.”
Kedua ayah saya mempercayai
keajaiban memberi. Seorang ayah mengajari kami untuk membangun bisnis
yang melayani sebanyak mungkin orang. Ayah yang lain mengajari kami untuk
menemukan karunia yang diberikan kepada kami, menemukan jeni-in-us, dan membiarkan keajaiban mengalir ke
luar dari botol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar