Jumat, 27 April 2012

MENEMUKAN KEJENIUSAN ANDA

MENEMUKAN KEJENIUSAN ANDA
By : Radiansyah

Ayah pandai saya benar-benar yakin bahwa setiap anak mempunyai karunia menjadi jenius, meski seandainya mereka tidak berprestasi baik di sekolah. Ia tidak setuju bahwa seorang jenius adalah seorang yang duduk di kelas dan mengetahui semua jawaban yang benar. Ia tidak setuju bahwa seorang jenius adalah seseorang yang lebih pintar daripada semua orang lain. Ia benar-benar yakin bahwa kita masing-masing mempunyai karunia, dan bahwa seorang jenius hanyalah orang yang cukup beruntung bisa menemukan karunianya dan kemudian menemukan cara untuk menyumbangkan karunia itu.
Untuk membuat menarik pelajarannya tentang topik jenius, ia sering menuturkan sebuah kisah kepada kami. Ia berkata, “Sebelum kalian masing-masing dilahirkan, kalian diberi karunia memberi. Masalahnya, tidak ada yang memberitahukan bahwa kalian diberi karunia ini. Tidak ada yang memberitahukan apa yang harus kalian lakukan setelah menemukannya. Setelah kalian lahir, tugas kalian adalah menemukan karunia kalian dan memberikannya… kepada semua orang. Jika kalian memberikan karunia kalian, hidup kalian akan dipenuhi keajaiban.”
Ayah pandai saya menulis kata “jenius” dengan cara: JENI-IN-US (Jin-di dalam-diri kita).
Saat melanjutkan ceritanya, ia berkata, “Seorang jenius adalah seseorang yang menemukan jin di dalam dirinya. Seperti Aladin menemukan jin di dalam botol, kita masing-masing juga harus menemukan jin dalam diri kita. Inilah asal kata jenius. Seorang jenius adalah seseorang yang menemukan manusia ajaib di dalam dirinya. Seorang jenius adalah seseorang yang menemukan karunia yang diberikan kepadanya.
Ayah pandai saya kemudian menambahkan peringatan ini: “Ketika kalian menemukan jin kalian, dia akan memberikan tiga permohonan. Jin kalian akan mengatakan, ‘Permohonan nomor satu adalah Apakah kalian akan memberi karunia ini kepada diri sendiri? Permohonan nomor dua adalah Apakah kalian akan memberi karunia ini hanya kepada orang-orang yang kalian cintai dan dekat dengan kalian? Atau permohonan nomor tiga, Apakah kalian akan menyumbangkan karunia kalian?’”
Sudah jelas, pelajaran dalam kisah ini adalah kami, anak-anak, harus memilih permohonan nomor tiga. Pelajaran ayah pandai saya selalu berakhir dengan ucapan, “Dunia penuh dengan jenius. Masing-masing dari kita adalah jenius. Masalahnya, sebagian dari kita mengunci kejeniusan kita rapat-rapat di dalam botol. Terlalu banyak dari kita yang memilih menggunakan kejeniusan ini hanya untuk diri sendiri atau untuk mereka yang kita cintai. Jin akan keluar dari dalam botol hanya ketika kita memilih permohonan nomor tiga. Keajaiban hanya terjadi ketika kita memilih untuk menyumbangkan karunia kita.
Kedua ayah saya mempercayai keajaiban memberi. Seorang ayah mengajari kami untuk membangun bisnis yang melayani sebanyak mungkin orang. Ayah yang lain mengajari kami untuk menemukan karunia yang diberikan kepada kami, menemukan jeni-in-us, dan membiarkan keajaiban mengalir ke luar dari botol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar